Allah SWT menciptakan manusia dgn dua ketentuan ketentuan bersifat mutlak sebagai kehendak Allah yg disebut iradah kauniyyah dan ketentuan yg menghendaki menusia berjalan menuju ke jalan kebenaran atau disebut iradah syar’iyyah. Dalam iradah kauniyyah manusia tidak dimintai pertanggungjawaban atas kehendak Allah yg terjadi padanya mengapa ia menjadi seorang pria atau wanita mengapa muka kita seperti ini mengapa berbadan tinggi dan yg semacamnya.
Ketentuan kedua Allah iradah syar’iyyah menghendaki manusia berjalan menuju kebenaran. Untuk tujuan tersebut Allah memberikan sejumlah perangkat.
Pengutusan para rasul yg ditutup oleh Nabi kita Muhammad saw. adl salah satunya. Barang siapa yg menerima dan memegang komitmen dalam hidupnya sesuai dgn kehendak Allah maka dia selamat dunia maupun akhirat . Tetapi sebaliknya jika ia menolak dgn berpegang pada isme-isme buatan jin dan manusia dia tersesat di dunia dan merugi di akhirat . Atas dasar itu terjadi tarik-menarik antara kebenaran dan kebatilan. Bendera kebenaran dibawa oleh para nabi sedang bendera kebatilan dibawa oleh setan dan konco-konconya dari jin dan manusia . Maka sejak iblis diusir dari neraka dia bersumpah utk menyesatkan seluruh manusia kecuali hamba Allah yg bersyukur {Al-A’raf 12-18}. Upaya penyesatan itu berlangsung sampai hari kiamat. Maka sejak itu terjadi dua kelompok yg selalu tarik-menarik seperti firman Allah SWT Orang yg beriman di jalan Allah sedangkan orang-orang kafir berjuang di jalan thaghut maka perangilah pembela-pembela seitan sesungguhnya tipu daya syaitan itu lemah. .
Upaya perusakan setan dilakukan melalui dua arah. Pertama fitnah syubhat berupa wacana pemikiran dan keyakinan yg berlawanan dgn kebenaran.
Fitnah ini diusung oleh non-muslim atau juga lewat orang muslim yg berpenyakit . Kedua fitnah syahwat dalam perilaku seksual. Jika seorang muslim terkena salah satu fitnah tersebut atau bahkan keduanya daya memperjuangkan Islamnya akan lumpuh.
Dalam melumpuhkan kekuatan umat Islam musuh-musuh Islam menggunakan segala macam cara yg terus-menerus dikembangkan baik melalui eksternal {vis to vis dgn kaum muslimin} maupun internal . Dan itu dilakukan sepanjang sejarah perjuangan umat Islam. Semenjak dari negara pimpinan Nabi saw. lalu dinasti Umayyah Abbasiyyah dinasti-dinasti lain dan sampai yg terakhir Utsmaniyah. Dicatat oleh Dr. Abdul Halim dalam kitabnya Asbaabu Suquuthi Tsalatsiina Daulah Islamiyah {Sebab-Sebab Kejatuhan 30 Negara Islam} bahwa kejatuhan negara-negara Islam umumnya disebabkan oleh hal-hal di atas dari penyimpangan ideologi sampai penyimpangan moral.
Faktor Eksternal yg Menggerogoti Umat Islam Kerja sama zionisme dan salibisme internasional dalam menghadapi umat Islam dicatat Dr. Umar al-Faruk dalam bukunya Segi Tiga Penjajahan Orientalisme dan Kristenisasi sebagai usaha yg memporak-porandakan kekuatan umat Islam di seluruh dunia.
Kita melihat bagaimana Portugal Inggris dan Belanda ketika menjajah Indonesia. Ketiga hal di atas menjadi suatu langkah kongret usaha mereka yg berhasil mengangkangi umat Islam Indonesia berabad-abad. Mereka memperlakukan umat Islam sekehendaknya dan bagi yg menentang dikenakan tuduhan ektresmis fundamentalis dan lain-lain.
Ketika penjajah sudah hengkang peranan mereka digantikan oleh kaum intelek kita yg menjadi perpanjangan tangan para orientalis dgn mengampanyekan paham-paham mereka atas nama nasionalisme modernisme sekularisasi desakralisasi reaktualisasi pribumisasi dan semacamnya. Hal tersebut diungkapkan R. William Lidle dalam bukunya Islam Politik dan Modernisasi.
Di antara wacana-wacana itu yg kini lumayan naik daun adl Islam Liberal.
Perkembangan Islam Liberal telah mendominasi para intelektual kita. Greg Burton dalam bukunya Islam Liberal di Indonesia menyebutkan paling tidak ada tiga nama besar pembawa gagasan paham ini di Indonesia Nurcholis Majid Abdurrahman Wahid dan Johan Effendi.
Ditinjau dari sudut pemerintahan perjalanan peran umat Islam dipegang oleh tiga elemen. Pertama elemen nasionalis muslim Soekarno yg dilanjutkan oleh Soeharto lalu Habibie. Mereka adl tipe pemimpin sekuler yg mengadopsi paham Islam formalistik. Kepemimpinan model ini telah gagal menciptakan kesejahteraan umat bahkan keadaannya termarjinalkan. Elemen kedua adl kelompok modernis dan Islam liberal. Di bawah kepemimpinan Gus Dur model ini terbukti gagal juga.
Terakhir kaum kafirin khawatir akan lahirnya elemen ketiga yg nantinya membawa kemenangan dan kesejahteraan Islam melalui kekuasaan secara de facto dan de jure. Elemen ketiga itu mereka sebut fundamentalisme.
Roger Garraudy menyebut fundamentalisme sebagai antitesis bagi sekularisme.
Sementara mantan Presiden Amerika Richard Nixon setidaknya menginventarisasi lima pemicu munculnya kaum fundamentalis dalam Islam.
Pertama mereka yg digerakkan kebencian terhadap Barat/anti-Barat. Kedua mereka yg bersikeras mengembalikan peradaban Islam yg lalu. Ketiga mereka yg bertujuan mengaplikasikan syariat Islam. Keempat mereka yg mempropagandakan bahwa Islam adl agama dan negara. Kelima mereka yg menjadikan masa lalu itu sebagai penuntun masa depan mereka ini bukan orang-orang konservatif namun cukup revolusioner {Adian Husaini Yusril Versus Masyumi hal. 49}.
Fundamentalisme benar-benar dianggap ancaman oleh blok kafir yg dikomandoi oleh Barat. Mata dunia terbuka lebar ketika menyaksikan Sovyet yg kokoh bertekuk lutut di hadapan para mujahidin Afghanistan yg oleh mereka disebut muslim fundamentalis. Sebuah bukti bahwa kekuatan fisik dan mesin-mesin perang tidak cukup ampuh melawan gelora jihad {mereka menyebutnya fundamentalisme}. Maka tidak heran jika kemudian tesis Samuel Huntington The Class of Civilisation/Benturan Peradaban mereka jadikan kemudi utk menyudutkan umat Islam di seluruh dunia. Lalu dibuatlah isu terorisme utk membungkam gelora jihad umat Islam sehingga tidak mempunyai perlawanan lagi. Betul kata Nabi saw. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad kecuali akan hina.
Adapun gerakan kristenisasi yg berjalan terus semenjak masa penjajahan hingga kini imbasnya jelas-jelas dirasakan oleh umat Islam di berbagai pelosok daerah. Grafik statistik kependudukan tentang kuantitas kaum muslimin yg menurun drastis adl bukti yg autentik. Padahal Indonesia mempunyai piranti undang-undang yg melarang pemaksaan agama.
Jika memperhatikan keadaan umat Islam akan kita dapati berbagai indikasi kemerosotan dalam hampir seluruh aspek kehidupan baik akidah ibadah maupun moralitas. Fenomena kemusyrikan terjadi di mana-mana. Di antara yg paling menonjol adl praktik perdukunan. Ditambah lagi dgn pesatnya perkembangan aliran-aliran sesat yg memanfaatkan kebodohan umat.
Dalam ibadah ritual umat Islam masih jauh dari masjid terutama salat subuh.
Dari segi moralitas sudah nyata-nyata bobrok. Sebagai ilustrasi Jakarta yg penduduknya 80% muslim dgn jumlah masjid 2.400 musala 5.500 dan majelis taklim 6.750 mencetak rekor tertinggi dalam peredaran narkoba skala nasional sekitar 60% sedang sisanya tersebar di wilayah-wilayah lainnya.
Budaya munafik sikap ulama yg tidak berpihak kepada umat dalam bentuk pembodohan atas nama ketaatan sikap para penguasa muslim dgn komitmen Islam yg lemah sikap masa bodoh para pengusaha muslim dalam mengentaskan kemiskinan dan tampilnya ulama-ulama kagetan yg bodoh tetapi sok pintar serta berbagai macam penyakit umat yg sudah sangat kronis pengobatannya membutuhkan waktu yg cukup lama dgn melibatkan semua elemen umat Islam yg terampil utk bangkit menyelamatkan umat dari jurang kehancuran. Dari kezaliman menuju keadilan Islam; dari kebodohan menuju kesadaran Islam.
Faktor Internal Penyebab Kelemahan Umat Jika ditinjau lbh jauh masyarakat muslim di berbagai pelosok Indonesia terpecah-pecah dalam berbagai sekat kelompok organisasi dan model dakwah variatif lainnya dgn klaim masing-masing kelompok paling benar. Realita itulah yg menyebabkan kekuatan dakwah tercecer.
Berbicara tentang dakwah berarti berbicara risalah Islam. Sudahkah ia terimplementasi dgn baik? Seberapa jauh pemahaman dai kita tentang metode dakwah Rasulullah? Seberapa banyak dai yg diterjunkan ke dalam masyarakat? Setingkat apa kualifikasi mereka? Bagaimana intensifitas dakwah mereka? Sejauh mana mereka dapat menghindarkan masyarakat muslim dari keterperosokan moral? Pertanyaan-pertanyaan ini penting utk direnungkan mengingat bahwa kebangkitan umat Islam dari multidimensi yg dialaminya sangat bergantung pada keberhasilan peranan dakwah.
Dalam tataran lokal kelemahan dakwah telah sampai pada tingkat yg luar biasa sehingga sulit mengharapkan sebuah kebangkitan Islam dalam jangka waktu yg pendek. Indikasi kelemahan tersebut antara lain sebagai berikut.
Masih meratanya tingkat kebodohan tentang Islam.
Banyaknya syirik bidah khurafat dan takhayul.
Dekadensi moral yg mengerikan.
Permusuhan antar-umat yg kerap terjadi hanya krn sebuah perbedaan.
Integritas pribadi para dai yg bermasalah.
Masjid-masjid banyak yg kosong dan difungsikan hanya utk salat.
Pendidikan agama di sekolah-sekolah mengkhawatirkan.
Mayoritas masyarakat muslim enggan menampakkan penampilan Islamnya.
Banyak daerah yg tidak terjamah dakwah krn kurangnya dai dan diperparah oleh penyebaran aliran sesat yg sangat luas.
Fanatisme tiap-tiap kelompok yg sulit dipertemukan.
Dan lain-lain.
Solusi Problematika Umat Menegakkan Islam dgn Cara Islam Sub-judul di atas menggambarkan upaya sungguh-sungguh utk memahami dan mempraktikkan dgn benar penegakan syariat Islam dgn cara yg sesuai dgn Islam. Meskipun pada kenyataannya banyak upaya yg dilakukan umat Islam dalam menegakan kalimat Allah itu dgn berbagai cara. Ada kalanya islami tetapi parsial ada pula yg tidak islami tetapi berusaha melegitimasi dgn dalil-dalil syar’i dgn lbh banyak bersifat ijthadi pada saat ada dalil sebab ijtihad dilakukan pada saat tidak ada dalil atau dalil bisa dipahami lbh dari satu pengertian.
Karena itu kita dapati berbagai corak perjuangan yg dilakukan umat Islam satu sama lain menekankan pentingnya bidang garapan yg digelutinya. Para politisi muslim umpamanya menekankan perjuangan Islam yg paling efektif adl melalui jalur politik. Sementara para ekonom muslim menganalisis mana mungkin perjuangan Islam bisa berhasil kalau umat Islam lemah ekonominya. Demikian pula para juru dakwah mereka harus mengemukakakan bahwa perjuangan Islam yg paling dominan adl dgn kembali berpegang kepada Islam agar mereka jaya tanpa memperinci lbh jauh apa dan bagaimana merealisasikannya dans seterusnya.
Tanggung Jawab Personal Kita menyadari bahwa tanggung jawab yg akan dipertanyakan kelak di hari akhirat adl tanggung jawab personal. Artinya Allah tidak membebankan tanggung jawab pihak lain kepada kita kecuali kalau kita punya andil dalam persoalan tersebut. Karena itu banyak ayat yg menekankan tanggung jawab ini.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dgn kesanggupannya.
.
Tidaklah kamu dibebani melainkan dgn kewajiban kamu sendiri. {An-Nisa 84}.
Hai orang-orang yg beriman selamatkanlah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka. .
Rasulullah saw. bersabda Mulailah dgn diri kalian sendiri atau mulailah dgn keluargamu.
Dengan demikian prioritas kita adl menyelamatkan diri sendiri dari segala kemungkinan penyimpangan terhadap misi utama kehidupan yaitu Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali utk beribadah kepada-Ku.
Karena itu tidak benar seseorang yg belum mengerti ajaran Islam dalam membangun kepribadiannya tetapi sudah sibuk bagaimana menegakkan Islam.
Tidak berarti menegakkan Islam tidak penting tetapi prosesnya salah.
Sesudah seseorang dalam sekup individu melaksanakan tanggung jawab dirinya sebagai hamba Allah dia akan melangkah menempati posisi di masyarakatnya sesuai dgn kapasitas masing-masing. Di sinilah terjadi interaksi dan kooperasi antara anggota masyarakat muslim sesuai dgn firman Allah SWT Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. .
Dan tanggung jawabnya semakin luas sesuai dgn kapasitas kemampuannya sehingga dgn posisi masing-masing itu akan dimintai pertanggungjawabannya seperti sabda Nabi saw. Ketahuilah bahwa tiap kalian adl penanggung jawab dan tiap kalian akan ditanyai terhadap apa yg menjadi tanggung jawabnya. Imam yg ada di tengah manusia adl penanggung jawab dan dia akan ditanyai terhadap apa yg menjadi tanggung jawabnya. Seorang suami bertanggung jawab terhadap keluarganya dan dia akan ditanyai tentang apa yg menjadi tanggung jawabnya. Dan seorang isteri bertanggung jawab terhadap rumah suaminya dan anaknya dan dia akan ditanya tentang mereka.
.
Dan apabila tiap individu tidak melaksanakan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah yg berkewajiban melaksanakan syariat Islam sesuai dgn kemampuannya berarti dia telah berkhianat. Hai orang-orang yg beriman janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yg dipercayakan kepadamu sedang kamu mengetahui. .
Dalam istilah fikih bahwa tanggung jawab personal itu fardu ain sedangkan tanggung jawab kolektif adl fardu kifayah. Adalah salah besar kalau ada orang yg mengutamakan fardu kifayah daripada tanggung jawab fardu ain . Tetapi menjadi sangat baik kalau dia mengerjakan fardu ain juga melaksanakan fardu kifayah. Kalau tidak maka seluruh umat berdosa.
Teladan Rasulullah Gambaran di atas akan lbh jelas pada personifikasi Rasulullah saw. sebagai teladalan bagi perjuangan umat Islam. Dan mempelajari perjalanan perjuangan Nabi saw. tidak boleh sepotong-sepotong seperti mereka yg terperangkap dgn mengotak-kotakan masa Mekah dan masa Madinah. Karena Islam sudah lengkap dan Nabi saw. telah mempraktikkannya secara sempurna. Maka kewajiban kita adl memahami sirah Nabi saw. itu secara komperehensif dan mempaktikkannya sesuai dgn kapasitas dan kondisi kita seperti firman Allah SWT. Maka bertakwalah kalian kepada Allah semampu kalian .. {Ath-Thaghabun 16}.
Dan Rasulullah saw. memberikan arahan atas kelengkapan syariat Islam yg harus kita pedomani. Sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan hal-hal yg wajib maka janganlah kalian meninggalkannya dan telah memberikan batasan-batasan maka janganlah kalian melanggarnya. Dia mengharamkan sesuatu maka janganlah kalian melanggarnya dan mendiamkan banyak hal sebagai rahmat bagi kalian maka janganlah kalian mencari-cari hukumnya.
.
Dan beliau menekankan pegangan yg harus dipedomani pada saat terjadi perbedaan atau perselisihan. Maka barang siapa yg hidup di antara kalian niscaya akan melihat perbedaan yg banyak. Maka hendaklah kalian sunahku dan juga sunah khulafa ar-rasyidin yg mendapatkan petunjuk dan gigitlah dgn gigi geraham dan hendaklah kalian menjauhui perkara-perkara yg diciptakan krn sesungguhnya tiap bidah adl sesat. {HR Abu daud dan Tirmizi hadis hasan}.
Secara ringkas kita melihat praktik Nabi saw. dalam membangun kekuatan Islam yaitu sebagai berikut.
Nabi saw. ketika berada di Mekah membuat kader yg difokuskan di rumah-rumah dan terutama di rumah Arqam bin Abi Arqam. Di antara kader yg matang ditugasi menyampaikan dakwah seperti Mushab bin ‘Umair yg dikirim ke madinah.
Nabi saw. mencari tempat yg kondusif utk mengembangkan dakwah dan kekuatan Islam. Beliau pergi ke Thaif tetapi tidak cocok. Kemudian beliau lbh memilih ke Madinah krn mendapat sambutan di sana. Kemudian beliau membangunn masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam dan penempaan para kader.
Langkah berikutnya beliau mempererat hubungan sesama muslim dgn mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar .
Beliau membuat Piagam Madinah utk membentengi umat Islam dan memberikan hak-hak non-muslim.
Nabi saw. mempersiapkan kekuatan utk menghadang segala upaya ofensif kaum kuffar sampai 27 kali belaiu berperang antara perang defensif dan ofensif {seperti Perang Tabuk}.
Di sini menjadi jelas bahwa kesatuan visi yaitu membangun akidah yg benar sampai kesatuan langkah. Yaitu menuju tegaknya kekuatan jihad merupakan suatu kesatuan yg menyeluruh. {Lihat DR. Robi’ bin Hadi al-Madkhal Minhajul Anbiya hlm. 87}.
Karena itu Ibnu Qayyim al-Jauziyah menggunakan istilah perjuangan menegakkan Islam dgn cara Islam yaitu dgn ungkapan Jihad. Beliau membagi jihad ini menjadi 4 bagian.
1. Jihad menundukkan hawa nafsu .
Berjihad dgn mempelajari ajaran agama Islam demi kebahagiaan dunia dan akhirat.
Berjihad dgn melaksanakan ilmu yg telah diperolehnya krn ilmu tanpa amal adl tidak berarti dan bahkan membahayakan.
Berjihad dgn menjalankan dakwah berdasarkan ilmu yg benar dan praktik nyata.
Berjihad dgn menekan diri agar sabar terhdap cobaan dakwah berupa gangguan manusia.
Empat hal inilah makna yg terkandung dalam surah Al-Ashr yg kata Imam Syafii seandainya Allah tidak menurunkan ayat kecuali Al-’Ashr niscaya cukup bagi manusia.
2. Jihad melawan setan .
Berjihad melawan pemikiran setan berupa syubhat dan keragu-raguan yg dapat merusak keimanan. Perlawanannya adl dgn keyakinan.
Berjihad melawan setan yg membisikan agar terjerumus kepada syahwat hawa nafsu. Caranya dgn sabar dan menahan diri dgn berpuasa. {Lihat As-Sajdah 2}.
3. Jihad melawan kaum kufar dan munafikin .
Berjihad dgn qalbu.
Berjihad dgn lisan.
Berjihad dgn harta.
Berjihad dgn tangan.
4. Jihad melawan kaum kuffar lbh utama dgn tangan sementara terhadap kaum munafikin dgn lisan.
Jihad melawan kezaliman kemungkaran dan bidah .
Berjihad dgn tangan kalau mampu.
Kalau tidak dgn lisan.
Kalau masih tidak mampu maka terakhir dgn hati. .
Demikian 13 tingkatan jihad yg telah dilaksanakan secara sempurna oleh Rasulullah saw. .
Sebagai penutup kami kutipkan ucapan Umar bin Khattab r.a. yg artinya Kami adl kaum yg dimuliakan Allah dgn Islam seandainya kami mencari selainnya niscaya kami akan dihinakan oleh Allah. Juga ucapan Imam Malik rhm. yg artinya Tidaklah urusan umat ini akan menjadi baik kecuali dgn mengikuti hal-hal yg telah menjadikan umat terdahulu menjadi baik.
Wallahu a’lam. .
Rabu, 27 Oktober 2010
Selasa, 26 Oktober 2010
Analisisis Suarat al fatikahah
Surat Al Fatikah
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
- bi, merupakah huruf jar
- ismi, majrur karena didahului oleh bi yang merupakan huruf jar
- Allahi, majrur karena mudhof ilaihi kepada kata ismi
- Ar-Rahmaani, majrur karena dia sifat dari kata Allahi
- Ar-Rahiimi, majrur karena dia sifat dari kata Allahi
الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
- Alhamdu, marfu' karena sebagai mubtadak
- Lillahi, bentuk jar-majrur menempati posisi marfu' karena sebagai khobar mubtadak
- Rabbi, majrur karena dia menjadi badal dari kata Allahi
- Al-'Aalamiina, majrur karena dia mudhof ilaihi kepada kata rabbi
الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
- Ar-Rahmaani, majrur karena dia sifat dari kata Allahi
- Ar-Rahiimi, marjur karena dia sifat dari kata Allahi
مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ
- Maaliki, majrur karena dia badal dari kata Allah pada ayat alhamdu lillahi rabbil 'aalamiina
- Yaumi, majrur karena dia mudhof ilaihi kepada kata Maaliki
- Ad-Dini,majrur karena dia mudhof ilaihi kepada kata Yaumi
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
- Iyyaka, menempati posisi manshub karena dia maf'ul, bentuk iyyaka merupakan isim dhamir munfashil, termasuk isim mabni. Asal posisi maf'ul adalah setelah fiil dan fa'ilnya, disini ditempatkan diawal untuk pengkhususan sehingga maknanya adalah hanya kepadamulah
- Na'budu, merupakan fiil mudhari yang didalamnya terdapat fa'ilnya yakni nahnu
- wa, huruf 'athof
- iyyaka, sudah dijelaskan sebelumnya
- Nasta'iinu, merupakan fiil mudhari yang didalamnya terdapat fa'ilnya yakni nahnu
اهدِنَا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ
- Ihdi, fiil amr yang didalamnya terdapat fa'ilnya yakni anta
- naa, menempati posisi manshub karena dia sebagai maf'ul pertama
- Ash-Shiraatha, manshub karena dia sebagai maf'ul kedua
- Al-Mustaqiima, manshub karena dia sifat dari kata Ash-Shiraatha
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ
- Shiraatha, manshub karena dia badal dari kata shiratal mustaqiima
- Alladziina, menempati posisi majrur karena dia mudhof ilaihi kepada shiraatha, alladzina merupakan isim maushul, termasuk isim yang mabni
- An'amta, fi'il madhi yang didalamnya terdapat fa'ilnya yakni anta
- 'alaihim, bentuk jar-majrur berhubungan dengan fi'il madhi an'amta
- ghairi, majrur karena dia badal atau sifat dari alladziina
- al-maghdlubi, majrur karena dia mudhof ilaihi kepada ghairi
- 'alaihim, bentuk jar-majrur menempati posisi marfu' karena dia sebagai naibul fa'il dari isim maf'ul al-maghdluubi
- wa, huruf 'ataf
- la, huruf nafi
- adl-dlooliina, majrur karena dia athof kepada al-maghdlubi
Perbedaan Hamzah washol dan Hamzah Qotho'
Perbedaan Antara Hamzah Washol dan hamzah Qotho'
Pengertiannya:Hamzah Washol
adalah khuruf hamzah yang apabila berada paling awal, ia dibaca dan berbunyi A, I dan U. Ketika ada ditengah, Hamzah washol tidak terbaca.Hamzah Washol berada di dua tempat. Ia muncul sebagai tanda kata benda bersamaan dengan khuruf LAM, dan ia selalu dibaca “A”. Ia juga muncul sebagai tanda kata kerja perintah (fi’il amr), dan ia mungkin dibaca dengan bunyi “I” atau “U”.
Contoh berikut ini, mungkin akan memperjelas pemahaman tentang Hamzah Washol. Khuruf yang ditampilkan dengan warna merah, itulah yang disebut dengan Hamzah Washol. Sementara itu khuruf yang ditampilkan dengan warna hijau disebut dengan ALIF, sedangkan khuruf berwarna biru disebut sebagai HAMZAH QOTHO’.
Hamzah Qotho’
adalah khuruf hamzah yang selalu terbaca dengan bunyi A, I dan U.
Contoh berikut ini, mungkin akan memperjelas pemahaman tentang Hamzah Qotho’. Khuruf yang ditampilkan dengan warna biru, itulah yang disebut dengan Hamzah Qotho’. Sementara itu khuruf yang ditampilkan dengan warna hijau disebut dengan ALIF, sedangkan khuruf berwarna merah disebut sebagai HAMZAH WASHOL.
Senin, 25 Oktober 2010
Teori Quantum learning
Quantum Learning
Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme). Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria.
Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran sugestif bermunculan.
Prinsip suggestology hampir mirip dengan proses accelerated learning, pemercepatan belajar: yakni, proses belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Suasana belajar yang efektif diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir positif, dan emosi yang sehat.
“Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan posistif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang (Bobby De Porter dan Hernacki, 1992)
Selanjutnya Porter dkk mendefinisikan quantum learning sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.” Mereka mengamsalkan kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus klasik E = mc2, mereka alihkan ihwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia yang “secara fisik adalah materi”. “Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya”. Pada kaitan inilah, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Termasuk konsep-konsep kunci dari teori dan strategi belajar, seperti: teori otak kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol (metaphoric learning), simulasi/permainan.
Beberapa hal yang penting dicatat dalam quantum learning adalah sebagai berikut. Para siswa dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas. Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimilliki oleh Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah yang memerikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan bebas stres”. Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan “kegembiraan dan tepukan.”
Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan struktur otak manusia bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intarpersonal, dan intuisi. Bagaimana mengembangkan fungsi motor sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem emosional-kognitif (melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang sehat). Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”. Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional), misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas teratur yang bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Proses berpikir otak kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik), dikenakan dengan proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan dan emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau suatu benda), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi.
Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan tumbuhnya “emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.” Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait. Dari kehormatan diri, misalnya, terdorong emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan menghasilkan keberhasilan, lalu (balik lagi) kepada penciptaan kehormatan diri.
Dari proses inilah, quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi konsep belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang Anda pelajari untuk keuntungan Anda, mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.”
Dalam kaitan itu pula, antara lain, quantum learning mengonsep tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.” Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar. Peserta didik quantum dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar.
Penataan lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan proses belajar (bekerja dan berkreasi). Quantum learning menekankan penataan cahaya, musik, dan desain ruang, karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi. Ini tampaknya yang menjadi kekuatan orisinalitas quantum learning. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target penataannya ialah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar dengan sangat mudah. Keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya konsentrasi siswa.
Lingkungan makro ialah “dunia yang luas.” Peserta didik diminta untuk menciptakan ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya. “Semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan semakin mudah Anda mempelajari informasi baru,” tulis Porter. Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif dan mendapat rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar mereka mendapat pengalaman membangun gudang penyimpanan pengertahuan pribadi. Selain itu, berinteraksi dengan masyarakat juga berarti mengambil peluang-peluang yang akan datang, dan menciptakan peluang jika tidak ada, dengan catatan terlibat aktif di dalam tiap proses interaksi tersebut (untuk belajar lebih banyak mengenai sesuatu). Pada akhirnya, interaksi ini diperlukan untuk mengenalkan siswa kepada kesiapan diri dalam melakukan perubahan. Mereka tidak boleh terbenam dengan situasi status quo yang diciptakan di dalam lingkungan mikro. Mereka diminta untuk melebarkan lingkungan belajar ke arah sesuatu yang baru. Pengalaman mendapatkan sesuatu yang baru akan memperluas “zona aman, nyaman dan merasa dihargai” dari siswa.
Teori Teori belajar
Teori - teori belajar
A. Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
- Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
- Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
- Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
- Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
- Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
- Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
4. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.
B. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their mind from the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
- Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
- Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
- Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
- Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
- Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
C. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
D. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
- Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
- Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
- Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
- Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
- Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
- Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:
- Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.
- Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).
- Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.
Kamis, 21 Oktober 2010
Skitar pendidikan
Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/bahan yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Isi pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan, dan berkaitan dengan manusia ideal yang dicita-citakan. Untuk mencapai manusia yang ideal yang berkembang keseluruhan sosial, susila dan individu sebagai hakikat manusia perlu diisi dengan bahan pendidikan. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama., pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan civic, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan peindidikan jasmani.
Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak membatasi pendidikan pada sekolah saja. Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan sosial anthropologis, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan iklim geographis. Ditinjau dari hubungan lingkungan denan manusia dapat dikelompokkan menjadi lingkungan yang tidak dapat diubah dan lingkungan yang dapat diubah atau dipengaruhi, dan lingkungan yang secara sadar dan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari sudut tinjauan lain Langeveld linkgungan pendidikan menjadi lingkunganyang bersifat pribadi atau pergaulan dan lingkungan yang bersifat kenedaan, segala sesuatu yang ada di sekeliling anak.
Keseluruhan komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/bahan yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Isi pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan, dan berkaitan dengan manusia ideal yang dicita-citakan. Untuk mencapai manusia yang ideal yang berkembang keseluruhan sosial, susila dan individu sebagai hakikat manusia perlu diisi dengan bahan pendidikan. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama., pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan civic, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan peindidikan jasmani.
Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak membatasi pendidikan pada sekolah saja. Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan sosial anthropologis, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan iklim geographis. Ditinjau dari hubungan lingkungan denan manusia dapat dikelompokkan menjadi lingkungan yang tidak dapat diubah dan lingkungan yang dapat diubah atau dipengaruhi, dan lingkungan yang secara sadar dan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari sudut tinjauan lain Langeveld linkgungan pendidikan menjadi lingkunganyang bersifat pribadi atau pergaulan dan lingkungan yang bersifat kenedaan, segala sesuatu yang ada di sekeliling anak.
Keseluruhan komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Langganan:
Postingan (Atom)